Izinkan aku menarikan lenggok irama dengan iringan nada yang tampak meriah setiap jurus langkah tari itu aku bentuk seninya agar lagunya setanding agar tidak nampak sumbang agar sentiasa segar dipupuk arus melodinya namun pastinya aku akur bila lenggok tari itu pincang bila nada alunannya sumbang pentas yang ada jelas tidak pernah tetap duduknya izinkan aku dan lenggok tari itu berada pada sudut yang mampu ditatap bila ada rindu yang tidak pernah sesat

Monday, February 15, 2016

redha atas ketetapan....


ada sepucuk warkah...
dalam diam aku terima...
dari sekeping hati yang ku puja...
dengan harapan yang membakar...


diselitkan setangkai mawar...
 yang merah mekar warnanya...
pada cinta yang tidak mampu...
tapi sayang telah layu pun ia...


ke manakah pergi cahaya wajahmu...
senyumanmu sayang tidak seperti dulu...
mengapa kini ada kesangsian...  
di hatiku yang lama rindu...
di dalam sendu yang teramat...
senangnya kau kata aku yang berubah...


cubalah kau baca isi hatiku...
kau kan tahu betapa aku cinta...
 tapi jika kau tiada perasaan...
atau memang kau sengaja...
takkan lagi aku memaksa dirimu...
keyakinan terlebur kini...


sesungguhnya...
kau ku sanjung tinggi...
bererti hanya kau di hati
sayangnya kerjernihan cinta
yang mencermin setia kau keruhkan warnanya...



kau tanya kepada ku...
mengapa aku merayu...
kau tanya kepada ku...
 kenapa aku mengganggu...


bukankah kau yang dulu...
mengharapkan kasih ku...
setelah kuserahkan... 
dikau membisu...


tapi mengapa kini...
 kau kata yang kau benci...


setelah jiwa raga...
 ku korban kan untuk mu...


sampul warkahmu indah tapi isinya hampa...
haruskah kuterima kesan yang tergamak ini...
mungkinkah...
 ini cara kau menduga isi hatiku...
kalau betul apa yang ku sangka...
maafkan daku...
tiada lain yang dapat ku berikan hanyalah kasih padamu..